Saturday, April 14, 2007

IKOPIN, eksis!



Sinar Harapan
Bandung, Rabu / 05 November 2003

Sepi Peminat, IKOPIN Terancam Bangkrut
Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mengajarkan manajemen koperasi, terancam bangkrut karena sepi peminat.
Fasilitas yang tersedia di institut tersebut sebenarnya bisa menampung sekitar sepuluh ribu mahasiswa, tetapi jumlah total mahasiswa institut tersebut kini hanya berkisar 2.500 orang. Peminat terus menurun. Pada tahun ajaran 2002/2003 lalu, jumlah pendaftar 250 orang, dan hanya 173 di antaranya diterima menjadi mahasiswa.
Sepinya peminat Ikopin tersebut dikemukakan Rektor Ikopin, E. Achmad Kuncoro kepada wartawan di kampus Ikopin, Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, Bandung, Selasa (4/11).
Hadir dalam pertemuan tersebut, Wakil Rektor III Bidang Kerja Sama, Sofyan Azhar, Direktur Program Pasca Sarjana, Slamet Riyadi Bisri, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), Asep Sumaryana.
Dalam kesempatan sama Achmad juga mengatakan, tidak seimbangnya kapasitas fasilitas yang tersedia dan jumlah peminat menyebabkan Ikopin harus memberikan subsidi sebesar Rp 1,2 juta/mahasiswa/tahun.
Ikopin saat ini memiliki 57 dosen tetap, dan berbagai fasilitas yang tersebar dalam area seluas 28 ha persegi. Biaya over head Ikopin berkisar Rp 400 juta,bulan , di luar investasi dan pengembangan.
Sementara, pemasukan dari SPP mahasiwa jauh di bawah angka tersebut. Rata-rata, besar SPP yang dibayarkan setiap mahasiswa per semester adalah Rp 1,3 juta. Dengan jumlah total mahasiswa 250 orang, pemasukan dari SPP setiap semester hanya mencapai Rp 325 juta.
Meskipun mengakui memburuknya kondisi Ikopin, Achmad mengatakan bahwa kondisi itu hingga kini masih tak mempengaruhi pembayaran kewajiban, seperti gaji karyawan. Yang dibatasi, menurut Achmad, adalah investasi fasilitas.
“Kalau pembayaran kewajiban, seperti gaji karyawan, sampai sekarang masih lancar. Yang sangat kita batasi adalah investasi pada pembangunan fasilitas baru, atau pengembangan fasilitas yang kini ada,” ujarnya.

Soal Citra
Dalama kesempatan yang sama Wakil Rektor III Bidang Kerja Sama, Sofyan Azhar, mengatakan, salah satu penyebab sepinya peminat Ikopin adalah citra koperasi yang negatif di mata masyarakat.
Masyarakat saat ini, lanjut Sofyan, menganggap koperasi memiliki masa depan yang suram. Akibatnya, tak banyak lulusan SMU yang bersedia memasuki Ikopin.
“Ini memang dilematis. Di satu sisi, Ikopin berpegang kuat pada idealisme untuk mengembangkan koperasi di Indonesia. Di sisi lain, nama koperasi itu justru sering menjadi beban bagi alumni kami. Kalau melamar kerja, baru dilihat ada kata koperasi di CV-nya, ia langsung dinyatakan gugur. Padahal lulusan kami sebenarnya adalah sarjana ekonomi, dalam hal ini manajemen. Dari 154 SKS yang diajarkan, 18 sampai 20 SKS di antaranya adalah tentang koperasi, sisanya manajemen. Jadi yang kami cetak di sini adalah sarjana ekonomi, yang memiliki visi mengembangkan koperasi,”ujar Sofyan.

Suramnya citra koperasi, juga diakui oleh Direktur Program Pasca Sarjana Ikopin, Slamet Riyadi Bisri.
“Di Indonesia, nasib sarjana koperasi tak berbeda jauh dengan sarjana nuklir, yaitu tak laku. Alumni kami bisa membangun dan mengembangkan koperasi, tetapi di sini tak diterima. Anehnya, kalau bekerja di luar negeri, justru dihargai. Itu saya ketahui dari cerita beberapa alumni yang kini bekerja di luar,” ujarnya.
Deddy Supriyadi, salah seorang staf pengajar Ikopin mengemukakan, banyaknya pesaing yang harus dihadapi Ikopin, sebagai faktor lain penyebab rendahnya angka peminat Ikopin.
“Saat Ikopin berdiri, baru ada 40 perguruan tinggi swasta di Jawa Barat. Sekarang sudah ada sekitar 350 PTS, baik di Jabar maupun Banten. Tentu saja kehadiran pesaing-pesaing baru ini sangat berpengaruh,” kata Deddy. (rhu)

Copyright © Sinar Harapan 2003

Komentar (April 15, 2007):
  1. Untuk Gerakan Koperasi (para pemilik saham IKOPIN): "jangan cuma titip 'saham' terus tunggu 'keuntungan' saja. Setahu saya, tidak benar jika Koperasi dibentuk hanya untuk mencari keuntungan semata. Termasuk juga unit usaha pendidikan (IKOPIN) ini!!
  2. Untuk Pengurus Yayasan: "Luruskan niat, tetapkan tujuan, bulatkan tekad dalam mengurus IKOPIN ini. Yth. Bapak Muslimin Nasution, anda kemana saja? kok 'anak bapak' dibiarkan sendirian 'menggembala' gembalaannya?". "Terima kasih untuk Bapak DR. M. Taufik yang terus mencoba menjaga 'degup jantung' nyawa IKOPIN, melalui program beasiswa kementrian Koperasi. "Dan terima kasih juga untuk Bapak Glen Glenardi yang sibuk mengurus Bank BUKOPIN hingga IKOPIN 'terlupakan'". "Kami bukan korban salah pilih masuk IKOPIN kan, Bapak2 sekalian??!!"
  3. Untuk Pejabat-pejabat dan para Dosen di lingkungan IKOPIN: "Tolong jaga kerukunan internal. Kalau suasana rukun saja tidak tercipta, mana bisa "keberhasilan" IKOPIN bisa dicapai?? Cukup Bapak Engkos saja yang jadi korban. Kami, mahasiswa, tidak mau jadi 'korban' selanjutnya. Lakukan promosi kampus se-optimal mungkin sekarang juga! Dan satu hal lagi, promosi tidak hanya melulu harus melalui hal-hal formal. Olah Raga, musik, dll juga bisa jadi sarana. Manfaatkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)."
  4. Untuk Para Alumnus Senior: jangan "sudah belajar langsung hilang" dong..!!, bukankah kakak2 sekalian telah melakukan janji wisuda?? Mana baktimu ke almamater tercinta kita, IKOPIN??!! Saya pernah membayangkan, kalau setiap alumni "yang telah sukses" memberikan "sumbangan" berupa mengkuliahkan 1 orang saja (adiknya kek, saudaranya kek, atau mungkin anaknya kek, atau bahkan anak asuhnya), IKOPIN sudah memiliki 23 angkatan yang sudah di wisuda. Jika setiap wisuda saja meluluskan 400 orang, berarti (400 x 23 = 9200 orang!?), tuh.. sudah berapa besar sumbangan alumnus untuk almamater tercinta, IKOPIN. Nothing is too late, nothing is impossible, and no one is unable for it.
  5. Untuk Para Mahasiswa: "Pertahankan eksistensi dan Identitas pendidikan kita. Kita memang di cetak untuk menjadi 'ahli' Koperasi, tapi ingat kita berkuliah pada Jurusan kita, Manajemen!! Jangan berpikiran sempit dan berkecil hati. Senior kita banyak kok yang sudah jadi pejabat atau orang sukses lainnya, cuma mereka tutup mata terhadap adik-adik kelasnya, rekan-rekan mahasiswa. Cobalah tarik hati mereka."
  6. Untuk Para Siswa calon Mahasiswa: "IKOPIN adalah tempat kuliah jurusan manajemen, dan kita diberikan nilai tambah untuk ahli mengenai Koperasi, tapi kuliah kita tetap pada jurusannya, Manajemen coy... Btw, tau ga Koperasi itu apa? pasti yang kalian bayangkan ttg Koperasi adalah tempat usaha kecil, kuno dan tidak berpotensi. Sapa bilang Koperasi seperti itu? Coba baca-baca artikel2 ttg Koperasi dong makanya... Ditunggu di kampus IKOPIN yah!!"
BRAVO IKOPIN! KOPERASI, SEJAHTERA!

Keterangan:
Artikel dicopy dari:
www.sinarharapan.co.id/berita/0311/05/eko04.html+Ikopin&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id

Wednesday, April 11, 2007

SHU Koperasi, Harus Dibagikan?

Koperasi.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Koperasi didirikan oleh orang-orang yang memiliki tujuan (ekonomi) yang sama. Artinya, Koperasi dibangun, dikelola, digunakan, dan ditutup bersama-sama oleh orang-orang yang membentuknya.
Manfaat Ekonomi.
Tanpa mengesampingkan manfaat ekonomi yang dapat diberikan terhadap anggotanya, Koperasi dapat mengembangkan usahanya seluas mungkin dan semaju mungkin melalui perpanjangan tangan Pengurus. Dalam hal ini tentunya Pengurus - selaku Pihak yang diberikan wewenang oleh Rapat Anggota (RA) - berhak dan wajib mengelola dan memberikan pelayanan yang terbaik terhadap Anggotanya.
Masih seputar masalah manfaat ekonomi. Kita mengetahui bahwa dari Koperasi, Anggota dapat memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa: harga barang yang murah, bunga pinjaman yang rendah, dan sebagainya dari Koperasi. Selain itu, Anggota juga dapat menikmati Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL) berupa: Sisa Hasil Usaha (SHU) - dalam perusahaan profit oriented disebut laba.
Konsep Sisa Partisipasi Anggota (SPA) dan Sisa Hasil Usaha (SHU).
SPA merupakan suatu kelebihan nilai partisipasi Anggota terhadap unit-unit usaha Koperasi atas magin harga yang diterapkan, yang akan dibagikan kembali setelah pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT). SHU merupakan keuntungan (laba) yang diperoleh Koperasi dai hasil transaksi yang dilakukan non-anggota terhadap Koperasi, itupun akan dapat dibagikan kepada Anggota dengan syarat.
Fenomena Keharusan Pembagian SHU.
Banyak bisa ditemui pada Koperasi-Koperasi jaman sekarang, dimana Anggotanya terlalu mengharapkan lebih terhadap adanya pembagian SHU. Suatu keadaan yang ironis, mengingat kita telah sepakat bahwa Koperasi adalah dibentuk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi Anggotanya. SHU bisa dibagikan, dengan syarat salah satunya: keadaan keuangan Koperasi pada saat tutup buku tidak mencatat kerugian.
Apabila mencatat kerugian, apakah benar tindakan Koperasi adalah membagikan SHU? apakah benar Anggota harus bersibuk-sibuk memaksa pembagian SHU sementara Koperasi merugi? lalu apakah benar Pengurus membagikan SHU kepada Anggota karena terpaksa sedangkan keadaan keuangan Kopeasi merugi?
Tanya Siapa?
Bila keadaan diatas terjadi pada Koperasi yang anggotanya awam, mungkin bisa dimaklumi dan wajar. Tetapi lain ceritanya bila hal ini terjadi pada Koperasi yang Anggotanya terdidik dan memahami dengan baik mengenai konsep-konsep Koperasi, tidak bisa dimaklumi dan (maaf) kurang ajar.
Penulis tidak menyalahkan salah satu pihak. Bila tanya siapa yang salah, mungkin baik Pengurus maupun Anggotanya pun salah. Mari kita bersama-sama mengintrospeksi diri kita, demi kesejahteraan kita, demi kemajuan Koperasi kita.

BRAVO KOPERASI !!

"Penulis tidak memberikan solusi tetulis, namun cobalah baca wacana ini secara seksama, maka terdapatlah dalam wacana ini jalan keluarnya. Tidak ada tujuan negatif / merusak baik kondisi Koperasi maupun Image orang per orang dari artikel ini."
"Silahkan berikan masukan rekan sekalian mengenai wacana pada blog saya ini."


Penulis adalah seorang mantan Pengurus Koperasi.
Penulis hanya ingin mengungkapkan isi hatinya yang selama ini terkekang jeruji "wibawa Pengurus", sehingga tidak bisa mengumbar ide pribadinya kepada umum demi kebaikan nama Pengurus agar selalu terlihat "kompak"!
Penulis hanya bisa mengungkapkan idealisme Koperasinya pada dirinya sendiri, karena selalu kalah suara dan tidak behasil memenangkan 'peperangan' ide di forum Rapat Pengurus. Sungguh tragis.